Silence

Siang hari. Cuaca tenang dan cerah kembali memayungi sekolah ini. Derap langkah siswa siswi sekolah meramaikan suasana lorong sekolah. Beriringan dengan suara bisikan obrolan dan suara lepas canda dan tawa mereka. Bercampur juga dengan suara semangat para siswa yang bermain basket di sebuah lapangan basket kecilnya. Rasanya hari ini sekolah begitu ramai. Begitu hidup. Begitu pula dengan seorang siswa yang terduduk diam di pojokan tangga.

Hidup? Diantara suasana ramai hidupnya sekolah, dia hanya duduk terdiam menatap lamat lamat permainan basket dari tangga itu. Kadang sedikit merubah posisi duduknya. Kadang menguap satu dua kali. Kadang beralih pandang menatap langit indah nan cerah dengan wajah datar. Atau kadang duduk membaca buku. Tidak peduli dengan murid lainnya yang sering mondar mandir naik turun tangga. Yang terkadang menatapnya dengan tatapan "aneh".



Kelihatan aneh? Kelihatan kesepian? Kelihatan tidak hidup? Dari luar mungkin terlihat begitu. Tapi baginya ini hal biasa dan wajar. Merupakan hal yang menenangkan untuknya. Hal yang merupakan salah satu momen penting dalam hidupnya.

Bingung? Ibarat handphone. Pernahkah kalian merasa terlalu pusing dengan rumit ramainya permasalahan. Merasa hidup sudah carut marut dan rasanya sulit untuk memikirkan apa pun. Atau hanya sekedar butuh privasi di tengah sosialisasi yang ada. Why not take a little break? Men-charge diri. Berdiam sejenak memperhatikan dan menikmati anugrah indahnya dunia dari sang pencipta. Menikmati cerah hangat sang mentari. Menikmati hijaunya daun pepohonan sekolah. Menikmati para kucing yang berlarian mengejar satu sama lain. Yang memberikan energi untuk memulai kembali hari yang ada. 

Cetakan besar segala aktivitas sekolah. Ya, itulah yang dilihatnya. Itulah yang dinikmatinya. Kembalilah ke pertanyaan pertanyaan itu.
 
Apakah dia kesepian?
Apakah dia tidak bahagia?
Apakah dia tidak hidup?

Tentu tidak. Dia hanya menghargai kesunyian. Kesunyian di dunia yang tidak akan pernah bisa berhenti bicara.